Di tengah tantangan akses pendidikan yang masih belum merata di berbagai daerah di Indonesia, muncul inisiatif-inisiatif kreatif dari masyarakat yang mencoba menjembatani kesenjangan tersebut. Salah satu inisiatif yang paling menarik perhatian adalah program Sekolah Rakyat sebuah bentuk pendidikan alternatif berbasis komunitas yang bertujuan memberikan akses belajar kepada siapa saja, terutama mereka yang termarjinalkan dari sistem pendidikan formal.
Apa Itu Sekolah Rakyat?
Sekolah Rakyat adalah lembaga pendidikan nonformal yang dibentuk oleh komunitas, aktivis pendidikan, atau organisasi masyarakat untuk memberikan kesempatan belajar secara gratis atau dengan biaya sangat murah. Program ini tidak terikat kurikulum nasional secara ketat, tetapi menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan konteks lokal.
Biasanya, Sekolah Rakyat berfokus pada:
-
Anak-anak putus sekolah
-
Warga miskin di daerah perkotaan atau pedesaan
-
Masyarakat adat
-
Pekerja anak, atau masyarakat yang tidak mampu mengakses sekolah formal
Tujuan Utama Sekolah Rakyat
Program Sekolah Rakyat hadir dengan misi utama:
-
Memberantas buta aksara dan meningkatkan kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung (calistung)
-
Memberikan pendidikan yang membebaskan, sesuai semangat Ki Hadjar Dewantara
-
Mendorong kesadaran kritis dalam masyarakat untuk memahami hak-haknya, termasuk hak atas pendidikan
-
Membentuk karakter dan keterampilan hidup yang relevan dengan kondisi lokal
Ciri Khas Sekolah Rakyat
Berbeda dengan sekolah formal, Sekolah Rakyat memiliki beberapa keunikan:
1. Fleksibel
Waktu dan tempat belajar bisa disesuaikan dengan kondisi peserta didik, misalnya belajar malam hari untuk anak-anak yang siang bekerja.
2. Tanpa Seragam atau Biaya
Peserta didik tidak diwajibkan mengenakan seragam atau membayar iuran bulanan. Fasilitas biasanya hasil gotong royong masyarakat.
3. Pembelajaran Kontekstual
Materi pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, seperti bercocok tanam, berdagang, atau isu-isu sosial setempat.
4. Fasilitator, bukan Guru Konvensional
Pengajar disebut fasilitator, yang berperan sebagai pendamping belajar, bukan hanya pemberi materi.
Contoh Sekolah Rakyat di Indonesia
Berikut beberapa contoh inisiatif Sekolah Rakyat yang cukup dikenal:
Sekolah Rakyat Bunga Bangsa (Yogyakarta)
Bergerak sejak awal 2000-an, sekolah ini fokus pada pendidikan anak-anak marjinal dan buruh migran.
Sekolah Rakyat Ancol (Jakarta)
Didirikan oleh para relawan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak di kawasan pesisir Jakarta Utara.
Sekolah Rakyat Arus Pelangi (Bandung)
Memberikan ruang pendidikan bagi kelompok minoritas seksual dan gender, serta komunitas termarjinalkan lainnya.
Dukungan dan Tantangan
Dukungan:
-
Banyak relawan, aktivis, dan organisasi NGO yang mendukung operasional dan pendanaan Sekolah Rakyat.
-
Beberapa mendapat dukungan CSR dari perusahaan atau hibah pendidikan.
Tantangan:
-
Belum diakui secara resmi oleh pemerintah untuk jenjang formal
-
Keterbatasan fasilitas dan materi ajar
-
Tidak semua fasilitator memiliki latar belakang pendidikan formal
Meski begitu, Sekolah Rakyat terus bertahan karena semangat dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi semua.
Kesimpulan
Program Sekolah Rakyat adalah wujud nyata dari pendidikan berbasis kerakyatan pendidikan yang inklusif, membumi, dan menyentuh kebutuhan paling dasar masyarakat. Meskipun bukan bagian dari sistem formal, keberadaan sekolah ini menjadi bukti bahwa masyarakat bisa bergerak mandiri untuk menciptakan ruang belajar yang membebaskan dan memberdayakan.
Di tengah sistem yang sering kali tidak merangkul semua kalangan, Sekolah Rakyat hadir sebagai suara: bahwa semua orang berhak belajar, bermimpi, dan berkembang.