Di tengah tantangan akses pendidikan yang masih belum merata di berbagai daerah di Indonesia, muncul inisiatif-inisiatif kreatif dari masyarakat yang mencoba menjembatani kesenjangan tersebut. Salah satu inisiatif yang paling menarik perhatian adalah program Sekolah Rakyat sebuah bentuk pendidikan alternatif berbasis komunitas yang bertujuan memberikan akses belajar kepada siapa saja, terutama mereka yang termarjinalkan dari sistem pendidikan formal.
Sekolah Rakyat adalah lembaga pendidikan nonformal yang dibentuk oleh komunitas, aktivis pendidikan, atau organisasi masyarakat untuk memberikan kesempatan belajar secara gratis atau dengan biaya sangat murah. Program ini tidak terikat kurikulum nasional secara ketat, tetapi menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan konteks lokal.
Biasanya, Sekolah Rakyat berfokus pada:
Anak-anak putus sekolah
Warga miskin di daerah perkotaan atau pedesaan
Masyarakat adat
Pekerja anak, atau masyarakat yang tidak mampu mengakses sekolah formal
Program Sekolah Rakyat hadir dengan misi utama:
Memberantas buta aksara dan meningkatkan kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung (calistung)
Memberikan pendidikan yang membebaskan, sesuai semangat Ki Hadjar Dewantara
Mendorong kesadaran kritis dalam masyarakat untuk memahami hak-haknya, termasuk hak atas pendidikan
Membentuk karakter dan keterampilan hidup yang relevan dengan kondisi lokal
Berbeda dengan sekolah formal, Sekolah Rakyat memiliki beberapa keunikan:
Waktu dan tempat belajar bisa disesuaikan dengan kondisi peserta didik, misalnya belajar malam hari untuk anak-anak yang siang bekerja.
Peserta didik tidak diwajibkan mengenakan seragam atau membayar iuran bulanan. Fasilitas biasanya hasil gotong royong masyarakat.
Materi pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, seperti bercocok tanam, berdagang, atau isu-isu sosial setempat.
Pengajar disebut fasilitator, yang berperan sebagai pendamping belajar, bukan hanya pemberi materi.
Berikut beberapa contoh inisiatif Sekolah Rakyat yang cukup dikenal:
Bergerak sejak awal 2000-an, sekolah ini fokus pada pendidikan anak-anak marjinal dan buruh migran.
Didirikan oleh para relawan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak di kawasan pesisir Jakarta Utara.
Memberikan ruang pendidikan bagi kelompok minoritas seksual dan gender, serta komunitas termarjinalkan lainnya.
Banyak relawan, aktivis, dan organisasi NGO yang mendukung operasional dan pendanaan Sekolah Rakyat.
Beberapa mendapat dukungan CSR dari perusahaan atau hibah pendidikan.
Belum diakui secara resmi oleh pemerintah untuk jenjang formal
Keterbatasan fasilitas dan materi ajar
Tidak semua fasilitator memiliki latar belakang pendidikan formal
Meski begitu, Sekolah Rakyat terus bertahan karena semangat dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi semua.
Program Sekolah Rakyat adalah wujud nyata dari pendidikan berbasis kerakyatan pendidikan yang inklusif, membumi, dan menyentuh kebutuhan paling dasar masyarakat. Meskipun bukan bagian dari sistem formal, keberadaan sekolah ini menjadi bukti bahwa masyarakat bisa bergerak mandiri untuk menciptakan ruang belajar yang membebaskan dan memberdayakan.
Di tengah sistem yang sering kali tidak merangkul semua kalangan, Sekolah Rakyat hadir sebagai suara: bahwa semua orang berhak belajar, bermimpi, dan berkembang.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul mengungkapkan bahwa sebagian siswa Sekolah…
Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2025, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan melakukan kunjungan ke Lembaga…
Sistem pendidikan di Indonesia terus berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. Salah satu wujud…
Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan bagian penting dari pengalaman belajar siswa di sekolah. Selain dari kurikulum…
Selamat Bangun Masa Depan di era di mana teknologi semakin maju dan menjadi bagian tak…
Di Provinsi Riau terdapat berbagai universitas berkualitas yang patut untuk dipertimbangkan sebagai pilihan pendidikan tinggi.…